Ungaran, 20 Juli 2025 – Suasana haru namun penuh syukur menyelimuti Gereja Kristus Raja Ungaran pada Sabtu sore. Umat berkumpul dalam ekaristi dan momen istimewa yang sekaligus menjadi perayaan syukur atas rahmat imamat bagi dua imam yang telah melayani: Romo Tanto dan Romo Juned.
Dalam kesempatan tersebut, Romo Tanto menyampaikan ungkapan syukur yang mendalam atas rahmat imamat yang telah dianugerahkan Tuhan, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi Romo Juned. “Kita bersyukur karena rahmat imamat yang dianugerahkan Tuhan kepada saya dan Romo Juned, dan kita syukuri bersama umat, karena imamat ini memang mengarah pada karya pelayanan yang nyata untuk umat,” ujar Romo Tanto.
Ketika ditanya apa yang menjadi alasan utama dalam memilih jalan hidup sebagai imam, Romo Tanto menganalogikan panggilan itu dengan roti Ekaristi. “Menjadi imam, menurut saya, adalah hidup yang diabdikan pada Tuhan dan sesama, mirip seperti roti Ekaristi yang diambil, diangkat, didoakan, dipecah, dan dibagikan. Itu yang saya coba hidupi sampai hari ini—hidup yang dipersembahkan kepada Allah dan sekaligus menjadi berkat bagi sesama,” tuturnya.
Romo Tanto juga mengenang kebersamaannya bersama Romo Juned dengan penuh syukur. Bagi Romo Tanto, rekan sepelayanan adalah hal yang sangat berarti dalam tugas pastoral. “Saya bersyukur karena setiap kali bertugas di paroki, selalu ada partner. Imam membutuhkan imam lain. Dan saya bersyukur, kami bisa menjadi rekan sekerja yang saling mendampingi, saling melayani, dan saling memberkati demi umat,” ungkapnya penuh makna.
Hal serupa disampaikan oleh Romo Juned, yang mengisahkan perjalanan panggilan imamatnya yang dimulai sejak masa SMP. “Panggilan itu mulai terasa saat rekoleksi misdinar dan program panggilan. Setelah SMA, saya baru bisa masuk seminari, lalu satu tahun rohani di Jangli, lanjut kuliah filsafat dan teologi di Kentungan, dan akhirnya ditahbiskan menjadi imam,” jelas Romo Juned.
Ia menambahkan bahwa menjadi imam berarti menjawab panggilan Tuhan dengan kesediaan manusia. “Kalau Allah berkenan dan manusia menjawab, maka panggilan itu terjadi. Tapi kalau manusia tidak menjawab, ya tidak jadi. Maka panggilan itu adalah relasi timbal balik antara Allah dan manusia,” katanya.
Sebagai pesan terakhir kepada umat Paroki Kristus Raja, Romo Juned berharap umat semakin kompak dan giat dalam pelayanan. Ia juga menekankan pentingnya menjadi saksi iman. “Semoga umat di sini semakin beriman dan memberi kesaksian nyata tentang damai sejahtera Yesus Kristus kepada dunia,” pungkasnya.
Sementara itu, Bapak Liliek, salah satu umat yang hadir, mengungkapkan perasaannya dengan jujur. “Campur aduk, senang karena ini momen ulang tahun, tapi juga sedih karena perpisahan. Tapi saya yakin ini semua punya makna positif. Kita tidak perlu menyesali atau menangisi, karena imam akan silih berganti. Justru ini menguatkan semangat kita sebagai umat,” katanya.
Ia pun mengajak umat untuk terus bersyukur dan menjalani kehidupan menggereja dengan sukacita. “Ini momen luar biasa, layak dikenang, tapi tidak perlu diratapi. Kita tetap akan nyaman beribadah di Kristus Raja karena gereja adalah rumah kita bersama,” tuturnya menutup.
Penulis : S
Editor : A